Terlalu banyak memori yang harus ku kubur
Bersama hilangnya dirimu
Telah ku coba satu demi satu
Memori indah ku masukan dalam peti-peti keras
Tapi belum ada separuhnya mengilang dari hati
Ku putuskan berlari untuk menghindari memori mu
Yang menyatu erat dalam hati
Yang sulit terlepaskan bagai nadi bagi diri ku
Dan akhirnya ku putuskan tuk mengacuhkan semuanya
Tanpa perduli apa yang akan terjadi
Membiarkan semuanya
Menjadi hampa dan kosong
Namun ini tetap berakhir
Setiap langkah
Setiap napas
Dirimu menghatui
Seakan hadir dalam setiap hidup ku
Hingga menyikasa batin yang terluka
Kini ku hanya memohon
Memonhon untuk mu pergi
Agar ku damai membawa luka ini
Luka yang menyiksa setiap raga dan jiwa ku
Ku moho biarkan aku bermain dengan kenangan
Kenangan yang tersiksa dari setiap senyum dirimu
Dari setiap sandaran yang kau berikan
Kini biarkan aku terpuruk dan bangkit dengan kaki
Menghilanglah selamanya
Karena ku takingin lagi membuat memori dengan mu.
Sunday, November 21, 2010
Saturday, November 20, 2010
mentari kecil ku
Banyak cerita ku tuangkan dalam buku kecil
Tentang arti mu yang selalu hadir
menemani setiap malam
walau hanya banyangan atau mimpi
Entah mengapa dirimu tak mau pergi
Mengisi setiap sudut memori
Walau telah lama kita berpisah
Tak ada kabar berita
Bertanya pada rumput yang menari
Inikah yang nama cinta
Atau rasa rindu
Tak pernah ku merasa sedih dengan sikap dan amarah mu
Selalu tersenyum dan tertawa
Melihat tingkah dan mata indah mu
Setiap kata yang terlontar
Bagai air dipadang pasir
Memberi kesegaran dan kehidupan
Bahkan kepergian mu,
Bukan berarti perpisahan bagiku
Hanya sebuah perjalan untuk mendewasakan ku
Oh Mentari kecil ku
sinar mu selalu menghangatkan ku
Tentang arti mu yang selalu hadir
menemani setiap malam
walau hanya banyangan atau mimpi
Entah mengapa dirimu tak mau pergi
Mengisi setiap sudut memori
Walau telah lama kita berpisah
Tak ada kabar berita
Bertanya pada rumput yang menari
Inikah yang nama cinta
Atau rasa rindu
Tak pernah ku merasa sedih dengan sikap dan amarah mu
Selalu tersenyum dan tertawa
Melihat tingkah dan mata indah mu
Setiap kata yang terlontar
Bagai air dipadang pasir
Memberi kesegaran dan kehidupan
Bahkan kepergian mu,
Bukan berarti perpisahan bagiku
Hanya sebuah perjalan untuk mendewasakan ku
Oh Mentari kecil ku
sinar mu selalu menghangatkan ku
keluar atau termarginalkan
Terpuruk disudut gedung-gedung menjulang tinggi
Teringat anak istri yang belum diberi makan sejak 3 hari
Demi mempertahankan sebuah idialisme dikota besar
Mereka tak mengeluh dengan pilihan ku
Berupaya mengikuti arti perjuangan
Walau akhirnya menjadi yang termaginalkan
Berjalan lagi ku berusaha
Memasuki gedung-gedung untuk menawarkan izajah dan kejujuran
Dengan harapan ada kehidupan
Tapi hampa kembali mengantar
Pesan singkat menawarkan kembali kesenangan
Yang menindas banyak umat
Bimbang dan ragu menghantui
Menerima atau mengabaikan
Langkah gontai mengajak ku kerumah
Melihat 2 bocah menahan lapar atas pilihan ku
Istri tersenyum tanpa menuntut
Namun hati kecil mengiris mellihat mereka
Kembali pesan singkat menghantui
Jutaan rupiah kan menghampiri jika kuterima
Namun nurani terus meronta mengatakan tidak
Diujung malam sang kecil menangis merenggek untuk sebotol susus
Yang tak sanggup terbeli
Mengiris batin hingga mengoncang keteguhan
HP usang ditangan antara iya dan tidak
Tak tahu maa yang ku pilih idialis atau mati kelaparan
Teringat anak istri yang belum diberi makan sejak 3 hari
Demi mempertahankan sebuah idialisme dikota besar
Mereka tak mengeluh dengan pilihan ku
Berupaya mengikuti arti perjuangan
Walau akhirnya menjadi yang termaginalkan
Berjalan lagi ku berusaha
Memasuki gedung-gedung untuk menawarkan izajah dan kejujuran
Dengan harapan ada kehidupan
Tapi hampa kembali mengantar
Pesan singkat menawarkan kembali kesenangan
Yang menindas banyak umat
Bimbang dan ragu menghantui
Menerima atau mengabaikan
Langkah gontai mengajak ku kerumah
Melihat 2 bocah menahan lapar atas pilihan ku
Istri tersenyum tanpa menuntut
Namun hati kecil mengiris mellihat mereka
Kembali pesan singkat menghantui
Jutaan rupiah kan menghampiri jika kuterima
Namun nurani terus meronta mengatakan tidak
Diujung malam sang kecil menangis merenggek untuk sebotol susus
Yang tak sanggup terbeli
Mengiris batin hingga mengoncang keteguhan
HP usang ditangan antara iya dan tidak
Tak tahu maa yang ku pilih idialis atau mati kelaparan
kecewa
Ketika kau tak lagi mampu menahan
Kegelisahan yang menyesakkan
Berupaya merebut arti kebebasan
Yang hilang bersama asap kematian
Ketika jiwa kecil merontak
Karena kecewa akibat janji yang tak tertepati
Namun raga tak mampu melawan
Terpasung oleh kewajiban dan peraturan
Saat pasung semakin mengikat
Nadi panas membakar jiwa
Kegelapan tak halangan melihat
Karena nurani sudah berkata
Kini raga tak mampu lagi menahan nanar
Yang menyakitkan mata dan telingga
Berlari untuk menghindar
Namun nurani mengajak kembali
Biarkan aku terus disini
Walau pasung mengikat dan meyiksa
Karena ku masih mampu berpikir bebas
Ku tak menyerah walau nyawa kan hilang
Kegelisahan yang menyesakkan
Berupaya merebut arti kebebasan
Yang hilang bersama asap kematian
Ketika jiwa kecil merontak
Karena kecewa akibat janji yang tak tertepati
Namun raga tak mampu melawan
Terpasung oleh kewajiban dan peraturan
Saat pasung semakin mengikat
Nadi panas membakar jiwa
Kegelapan tak halangan melihat
Karena nurani sudah berkata
Kini raga tak mampu lagi menahan nanar
Yang menyakitkan mata dan telingga
Berlari untuk menghindar
Namun nurani mengajak kembali
Biarkan aku terus disini
Walau pasung mengikat dan meyiksa
Karena ku masih mampu berpikir bebas
Ku tak menyerah walau nyawa kan hilang
Friday, November 19, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)