Sunday, November 21, 2010

menghilanglah agar ku bahagia

Terlalu banyak memori yang harus ku kubur
Bersama hilangnya dirimu
Telah ku coba satu demi satu
Memori indah ku masukan dalam peti-peti keras
Tapi belum ada separuhnya mengilang dari hati

Ku putuskan berlari untuk menghindari memori mu
Yang menyatu erat dalam hati
Yang sulit terlepaskan bagai nadi bagi diri ku

Dan akhirnya ku putuskan tuk mengacuhkan semuanya
Tanpa perduli apa yang akan terjadi
Membiarkan semuanya
Menjadi hampa dan kosong
Namun ini tetap berakhir

Setiap langkah
Setiap napas
Dirimu menghatui
Seakan hadir dalam setiap hidup ku
Hingga menyikasa batin yang terluka

Kini ku hanya memohon
Memonhon untuk mu pergi
Agar ku damai membawa luka ini
Luka yang menyiksa setiap raga dan jiwa ku

Ku moho biarkan aku bermain dengan kenangan
Kenangan yang tersiksa dari setiap senyum dirimu
Dari setiap sandaran yang kau berikan

Kini biarkan aku terpuruk dan bangkit dengan kaki
Menghilanglah selamanya
Karena ku takingin lagi membuat memori dengan mu.

Saturday, November 20, 2010

mentari kecil ku

Banyak cerita ku tuangkan dalam buku kecil

Tentang arti mu yang selalu hadir

menemani setiap malam

walau hanya banyangan atau mimpi



Entah mengapa dirimu tak mau pergi

Mengisi setiap sudut memori

Walau telah lama kita berpisah

Tak ada kabar berita



Bertanya pada rumput yang menari

Inikah yang nama cinta

Atau rasa rindu



Tak pernah ku merasa sedih dengan sikap dan amarah mu

Selalu tersenyum dan tertawa

Melihat tingkah dan mata indah mu



Setiap kata yang terlontar

Bagai air dipadang pasir

Memberi kesegaran dan kehidupan



Bahkan kepergian mu,

Bukan berarti perpisahan bagiku

Hanya sebuah perjalan untuk mendewasakan ku



Oh Mentari kecil ku

sinar mu selalu menghangatkan ku

keluar atau termarginalkan

Terpuruk disudut gedung-gedung menjulang tinggi
Teringat anak istri yang belum diberi makan sejak 3 hari
Demi mempertahankan sebuah idialisme dikota besar
Mereka tak mengeluh dengan pilihan ku
Berupaya mengikuti arti perjuangan
Walau akhirnya menjadi yang termaginalkan

Berjalan lagi ku berusaha
Memasuki gedung-gedung untuk menawarkan izajah dan kejujuran
Dengan harapan ada kehidupan
Tapi hampa kembali mengantar

Pesan singkat menawarkan kembali kesenangan
Yang menindas banyak umat
Bimbang dan ragu menghantui
Menerima atau mengabaikan

Langkah gontai mengajak ku kerumah
Melihat 2 bocah menahan lapar atas pilihan ku
Istri tersenyum tanpa menuntut
Namun hati kecil mengiris mellihat mereka

Kembali pesan singkat menghantui
Jutaan rupiah kan menghampiri jika kuterima
Namun nurani terus meronta mengatakan tidak

Diujung malam sang kecil menangis merenggek untuk sebotol susus
Yang tak sanggup terbeli
Mengiris batin hingga mengoncang keteguhan
HP usang ditangan antara iya dan tidak
Tak tahu maa yang ku pilih idialis atau mati kelaparan

kecewa

Ketika kau tak lagi mampu menahan
Kegelisahan yang menyesakkan
Berupaya merebut arti kebebasan
Yang hilang bersama asap kematian

Ketika jiwa kecil merontak
Karena kecewa akibat janji yang tak tertepati
Namun raga tak mampu melawan
Terpasung oleh kewajiban dan peraturan

Saat pasung semakin mengikat
Nadi panas membakar jiwa
Kegelapan tak halangan melihat
Karena nurani sudah berkata

Kini raga tak mampu lagi menahan nanar
Yang menyakitkan mata dan telingga
Berlari untuk menghindar
Namun nurani mengajak kembali

Biarkan aku terus disini
Walau pasung mengikat dan meyiksa
Karena ku masih mampu berpikir bebas
Ku tak menyerah walau nyawa kan hilang

Friday, November 19, 2010

jogja dalam gambar

Kaliurag 13/11/2010, 06.15